Anda pasti paham jika burung jantan lebih lantang suara dan lagunya daripada betina. Meskipun kita menemui beberapa burung betina yang memiliki kemampuan hampir sama seperti jantan. Pernahkah anda berpikir mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya ada pada hormon testosteron yang dimiliki burung jantan. Ada sebuah penelitian tentang peranan testosteron dalam proses belajar menyanyi pada burung, ditulis oleh Peter Marler (Department of Neurobiology, Physiology and Behavior University of California, USA) dalam buku Nature’s Music The Science of Bird Song yang dia susun bersama Hans Slabbekoorn (Institute of Biology, Leiden University, Leiden, Netherlands).
Secara garis besar disebutkan bahwa kicau burung jantan umumnya dianggap sebagai karakteristik seksual sekunder yang khas, dan berada di bawah kendali hormon steroid dari gonad. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan regresi testis.
Nyanyian burung jantan biasanya bertambah dan berkurang sesuai dengan fluktuasi testosteron di dalam darah. Ada reseptor testosteron di dalam syrinx (salah satu organ yang berfungsi sebagai penopang utama bagi bangsa burung untuk berkicau).
Dalam penelitian diketahui:
- Tingkat kegacoran akan menurun ketika burung dikebiri, dan pengobatan dengan testosteron terbukti mengembalikan kegacorannya.
- Testosteron sangat diperlukan untuk membuat burung menyuarakan lagu secara maksimal.
- Testosteron tidak/ kurang berperan dalam proses pemasteran burung.
Cara meningkatkan testosterone:
- Pemberian pakan dan atau asupan lain dengan kandungan nutrisi yang seimbang, vitamin dan mineral serta sejumlah asam amino lain.
- Penyuntikan hormon testosterone secara langsung kepada burung. Hanya saja, pemberian testosterone yang kelewat dosis dengan cara penyuntikan bisa membuat burung “kepanasan” dan menyebabkan rontok bulu.